Selasa, 27 September 2011

Mengukur Tinggi Pohon dengan Klinometer

Pembelajaran matematika lebih menyenangkan apabila konsep-konsep teori diterapkan pada kehidupan sesungguhnya. Misalnya pokok bahasan sudut kemiringan/elevasi, kita dapat menggunakan media sederhana yaitu klinometer untuk mengukur tinggi sebuah pohon, tebing, atau tiang bendera. Klinometer yaitu alat  yang digunakan untuk mengukur sudut kemiringan/elevasi, yang dibentuk antara garis datar dengan sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut dengan titik puncak (ujung) suatu obyek.Dengan menggunakan teorema pytaghoras maka akan diketahui panjang sisi miring pada sebuah segitiga.


Penggunaan klinometer untuk mengukur tinggi benda, dapat diilustrasikan sebagai berikut

Cara Menggunakan :
  1. letakkan ujung klinometer (titik A) tepat didepan mata
  2. arahkan ujung lain dari klinometer ke puncak benda (titik E)
  3. ukur jarak titik A ke benang penunjuk sudut (titik B)
  4. ukur jarak pangkal benang penunjuk sudut (titik C) ke titik B
  5. ukur jarak pengamat ke benda yang akan diukur kitinggiannya ( FG)
  6. tinggi pengamat AF=DG
  7. jika menggunakan konsep kesebangunan segitiga, maka dapat dirumuskan

                                                                                                                                                                                                                                                          
      

Contoh ;

Seorang anak ingin mengukur sebuah pohon, jarak anak dengan pohon 6 meter, tinggi anak 1,5 meter. Setelah diteropong, jarak mata pengamat dengan benang pemberat 3 cm, jarak mata pengamat dengan titik sumbu busur 5 cm, jarak titik sumbu busur dengan tinggi mata pengamat 4 cm, jika skala yang digunakan 1: 100 cm. Berapa tinggi pohon tersebut ?

Pembahasan
jika dijabarkan sebagai berikut
  • jarak pengamat dengan pohon FG=6 m
  • tinggi pengamat AF=1,5 m
  • jarak mata pengamat dengan benang pemberat AB=3 cm
  • jarak mata pengamat dengan titik sumbu busur AC=5 cm
  • jarak titik sumbu busur dengan tinggi pengamat CB=4cm




 Jawab ;


Sabtu, 24 September 2011

Hewan Pemamah Biak

Jika sedang tidak makan, sapi mulutnya akan selalu mengunyah, mengapa demikian ? karena sapi termasuk hewan memamah biak. Dalam ilmu zoologi* binatang memamah biak atau dikenal dengan ruminansia adalah hewan pemakan tumbuhan yang mencerna makanannya dalam dua tahap yaitu menelan makanan kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna untuk dikunyah lagi. Contohnya seperti kambing, domba, sapi, bison, jerapah, rusa dsb.

 


Beberapa ciri yang membedakan hewan pemamah biak antara lain, berkuku belah, bergigi taring tumpul, serta memiliki 4 bagian pada lambung.


Pada hewan memamah biak biasanya memiliki gigi seri pendek, gigi taring rata, serta gigi geraham lengkap. Gigi bagian depan untuk memotong makanan, sedangkan gigi geraham untuk mengunyah dan menggiling makanan.


Selain itu hewan memamah biak juga memiliki alat pencernaan makanan yang unik, serta memiliki fungsi khusus. Pada hewan ini, memiliki lambung yang besar dan terbagi menjadi 4 bagian, yaitu rumen (perut besar), retikuluk (perut jala), omasum (perut kitab), dan abomasum (perut masam). Pada setiap bagian tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda.







Rumen / perut besar adalah bagian perut yang terbesar. Volumenya hampir 80 % dari volume lambung hewan pemamah biak dan mampu menyimpan makanan sekitar 120-200 liter per hari. Di sini terdapat banyak bakteri-bakteri yang bertugas menguraikan makanan yang masuk pada lambung.




Retikulum/perut jala, berbentuk seperti sarah lebah. Volumenya sekitar 5% dari seluruh besar lambung, mampu menampung 10 liter makanan setiap hari. Makanan dari rumen akan dikirim ke retikulum, disini makanan akan diproses menjadi gumpalan-gumpalan kecil disebut bolus. disaat hewan pemamah biak sedang beristirahat, bolus akan dikeluarkan lagi dan dikunyah ulang sebanyak 40-60 kali. Jadi hewan memamah biak seperti sapi,  mulutnya selalu mengunyah mekipun tidak sedang makan.


Setelah dikunyah-kunyah lagi makanan tersebut kemudian dikirim ke omasum/perut kitab. Pada bagian ini, makanan dipisahkan dan dipilah-pilah. Volume omasum sekitar 7-8% dari keseluruhan lambung dan mampu menyimpan makanan sekitar 16 liter sehari.





 Bagian selanjutnya yaitu abomasum atau perut masam. Inilah lambung sebenarnya hewan memamah biak. Volumenya sekitar 7-8% dari bagian lambung dan mampu menampung sekitar makan 20 liter. Di sini makanan terakhir dicerna dan diserap nutrisinya kemudian diedarkan ke seluruh tubuh. Di tempat ini makanan dicerna melalui proses kimiawi dengan enzim selulase yaitu enzim yang berguna merombak selulosa (serat-serat tumbuhan) menjadi asam lemak.





Jumat, 23 September 2011

Siklus Hidrologi

Sekitar 71% permukaan bumi, terdiri dari air. ada yang berada di lautan, ada yang tersimpan dalam bentuk es di puncak gunung dan kutub, ada yang tersimpan di dalam tanah dan tersebar di berbagi tempat di daratan. bila dijumlahkan semua air di bumi sekitar 1,386 miliar triliun liter.

Bagan Perbandingan Air Bumi


Jumlah air di bumi selalu tetap, namun air selalu selalu mengalami siklus sehingga air selalu bergerak dan berpindah tempat dan berubah berbagai wujud. Siklus Hidrologi atau siklus air adalah pergerakan dan perpindahan air di bumi yang meliputi juga perubahan bentuk wujud. Proses ini berlangsung berulang-ulang dari dahulu sampai sekarang.





Evorasi atau penguapan yaitu proses perubahan benda dari cair menjadi uap atau gas, ketika matahari memanasi bumi air diseluruh permukaan bumi akan menap daik dilaut, sungai, danau dan tempat lainya.









Setelah uap air terkumpul di langit, akan mengalami Kondensasi yaitu proses perubahan uap air menjadi cair. Air yang terkandung dalam awan silih berganti menguap dan mencair tegantung pada suhunya. Jika suhu panas titik-titik air akan menguap, sebaliknya jika suhu dingin uap air berubah menjadi air itulah sebabnya mengapa bentuk awan terlihat berubah-ubah.


Di puncak gunung yang sangat tinggi, dimana biasanya terdapat salju abadi dan tekanan udara yang sangat rendah, es dapat menguap menjadi air tanpa melalui proses mencair. peristiwa tersebut dikena dengan istilah Submilasi/menyublim.










Presipitasi yaitu proses jatuhnya air dari awan karena gravitasi yang berbentuk hujan/salju. Jika titik-titik air yang terkumpul di awan cukup berat akan jatuh tertarik gravitasi bumi, bisa berupa hujan, salju/hujan es. Ada hujan yang berasal dari tempat penguapan air, misalnya hujan dilaut, hujan di danau. Namun angin menyebabkan awan bergerak sehingga hujan bisa turun jauh dari tempat asalnya penguapan.



Transpirasi adalah hilangnya uap air dari permukaan tumbuhan,proses ini terjadi karena stomata terbuka untuk mengambil karbon dioksida yang digunakan sebagai proses fotosintesis. Untuk menghindari penguapan berlebihan, stomata akan menutup apda siang hari dan terbuka pada malam hari, namun ada juga yang menggugurkan daunnya, misalnya pohon jati dimusim kemarau.



Air yang jatuh ke permukaan bumi akan disimpan diberbagai tempat. Ada yang terserap ke tanah,mengalir dari sungai ke laut atau terkumpul di suatu cekunga membentuk danau. Proses tersebut disebut  infilitrasi. Air di dalam tanah bergerak yang kemudian muncul di permukaan disebut dengan mata air.Selain dari mata air, air sungai juga berasal dari salju atau es yang mencair.


Karena matahari selalu menyinari bumi, maka air yang ada dipermukaan bumi akan menguap, lalu proses tersebut akan terdadi lagi dan kembali berulang-ulang.

    Sandhangan Aksara Jawa

    Ing pranata basa jawa kang diarani Sandhangan iku tenger kanggo ngowahi utawa muwuhi unining aksara. Ing aksara jawa ana 3 Sandhangan yaiku :

    1. Sandhangan Swara, kanggo ngowahi swara saka fonem (a) dadi swara liyane. Ana lima cacahe sandhangan swara








    • wulu, kanggo ngowai swara dadi (i) yen ditulis manggone oleh sanduwuring aksara.
    • taling,  kanggo ngowai swara dadi (e) yen ditulis manggone oleh sakiwaning aksara
    • suku, kanggo ngowai swara dadi (u) yen ditulis manggone oleh sangisoring aksara.
    • pepet, kanggo ngowai swara dadi (e`) yen ditulis manggone oleh sanduwuring aksara.
    • taling-tarung, kanggo ngowai swara dadi (o) yen ditulis manggone olehsisih kiwa opo tengene aksara.